Looking Through My Life and Soul

Maaf kalo kalian merasa ga seharusnya curhatan pribadi kayak gini disampaikan secara luas apalagi di media massa dimana semua orang dapat melihat dan menjudge. Kayaknya pikiran gua udah ga waras deh. Maaf kalo yang selanjutnya gua utarakan terasa aneh buat kalian semua pembaca blog gua. Tapi ga tau kenapa gua pengen banget menyampaikan ini.

Setiap media sosial yang gua punya, pasti intro nya "Born Hater and Suicidal". Banyak orang yang bertanya langsung juga ke gua, "Lo kenapa sih rum?". Ada apa dengan born hater? Apa itu suicidal? Born hater adalah orang yang benci dilahirkan. Suicidal adalah sebuah sifat dalam diri orang yang berpikiran untuk bunuh diri.

Sebagai intro, gua kasih filosofi dulu ya. Gua kutip ini dari webtoon Flawless.

"Kalau ada 'seseorang yang kamu benci' mengharapkanmu mencapai sesuatu supaya 'dia yang kamu sayangi' tidak diolok-olok olehnya. Kamu bakal bagaimana? Apa kamu akan melakukan yang diharapkan 'orang itu' atau ga sudi karna 'orang itu' selalu mengolok-olok 'dia yang kamu sayangi'?
'Orang yang kubenci' itu mengolok-olok 'dia yang kusayangi' karna menurutnya, 'dia yang kusayangi' itu sudah merusak nama baiknya, dan katanya dia ingin supaya aku mengembalikan nama baik yang sudah dirusak itu."

"Kalau begitu kembalikanlah. Kalau itu memang untuk 'orang yang kamu sayangi' itu"

"Tapi.. 'orang' itu menyuruhku begitu sambil terus merendahkan 'dia' "

"Artinya 'orang yang kamu benci' itu masih menaruh harapan padamu, biarpun.. "

"Tapi aku ga sudi menuruti keinginannya"

"Kalau begitu 'orang yang kamu benci' itu akan makin merendahkan 'dia yang kamu sayangi'! 'Orang yang kamu benci' ini mengolok-olok 'dia yang kamu sayangi' karna sudah merusak nama baiknya. Tapi dia memberikan kesempatan meski caranya menyebalkan. 'Orang itu' menantangmu. Kalau kamu gagal, 'dia yang kamu sayangi' akan makin disalahkan."

Itu percakapan 2 orang. Dan saat gua membaca itu, diri gua tersindir. Ga, author nya ga nyindir gua lah. Tapi gua membayangkan :
Yang curhat itu diri gua sendiri
'Dia yang aku sayangi' adalah diri gua
'Orang yang kubenci' adalah orang tua gua yang suka mengolok-olok gua dengan membandingkan gua dengan orang lain dengan tujuan untuk menyemangati gua
Dan gua curhat itu kepada orang bijak.
Anggaplah seperti itu.

Terakhir kali gua dibanding-bandingin itu pas kelulusan SMA. Bokap gua ngebandingin gua ama sodara gua sendiri. Gimana perasaan gua? HAHAHA. Hanya orang terdekat gua yang tau betapa tersiksa nya gua dengan itu. Thanks eby for standing there by my side and understanding me.

Titel pertama yang diperebutkan "lolos poltekkes fisioterapi". Karna pengumuman itu keluar duluan. Orang tua gua ngarep banget gua masuk fisioterapi ini karna liat om gua hidupnya lebih dari cukup dari kerja sebagai fisioterapis. Setiap saat gua dicekokin "udah dek kamu kuliah fisioterapi aja. Fisioterapi itu gajinya gede dan bla bla bla". Gua diiming-imingi duit men, lama-lama gua tertarik lah. Tapi gua ga bisa membohongi diri gua sendiri kalo passion gua di sastra inggris. Gua menyukai bahasa inggris lebih dari apapun. Dan gua benci sains.

Dan hasilnya, gua gagal, dan sodara gua yang lolos. Gua kalah men. Dan gua disalahin sama orang tua gua. Gua dibilang ga pernah belajar. Gua pake kutipan lagi nih, 'gua di sekolah dari sunrise sampe sunset ngapain njir. Jualan cilok?' Gua berjuang di IPA selama 2,5 tahun itu. Berangkat jam setengah 6 pagi, pulang jam 8 malem karna bimbel. 5 of 7 days kek gitu terus ampe eneg selama 2,5 tahun. Gua merasa perjuangan gua kurang dihargai. Mending gua ga usah belajar dan ga bimbel aja dari awal. Ancur-ancur kek bodo amat, akhirnya juga ga dihargai.

Kalo kamu gagal, 'dia yang kamu sayangi' akan makin direndahkan.
Translate: Kalo gua gagal, gua makin direndahin ama bokap gua. Itu intinya.

Tapi akhirnya saat ini gua bahagia dengan pilihan gua sendiri, gua ngotot dulu pilih sastra inggris. Dan gua sekarang udah jadi mahasiswa bahagia di jurusan tersebut. Gua bahagia berada di track yang seharusnya gua berada. Banyak sekali kata bahagia kan? Bisa kalian bayangkan betapa bahagia nya gua?

Titel kedua, "nilai UN". Orang tua gua sama orang tua sodara gua saling kontakan, yaiyalah sodara gitu, apalagi sodara gua ama gua seangkatan. Saat nilai UN keluar pun saling ngabarin. Kali ini gua yang menang. Nilai UN gua lebih tinggi dari dia. Gua denger, saudara gua pun terpuruk karna dia gagal. Yang gua pikirkan, gua ama sodara gua yang jadi korban disini. Tidakkah begitu? Korban dari pembandingan untuk pemuasan ego pribadi mereka.

Sekarang, saat gua udah tenang-tenang nya di semarang, jauh di perantauan, bom itu dijatohin lagi.

"Kamu santai kan kuliah bahasa inggris? Cocok kan? Waku luang kamu lebih banyak dari Tyas (sodara yang dibandingin sama gua), dia kuliah penjurusan seharian dari pagi ampe sore, kamu kuliah biasa cuman sebentar. Bisa dipake belajar, jadi IPK kamu harus lebih tinggi ya. Masa kamu yang punya banyak waktu luang malah kalah. Katanya mau lanjut S2. Kalo IPK S1 kamu aja kecil, buat apa juga kamu lanjutin S2".

Gua dikira cuman motor-motoran kali bolak-balik kosan kampus. Men, temen-temen gua di kelas semua tau kalo gua ga main-main disini. Mereka ngakuin kemampuan gua. Gua sendiri juga ga akan mau di bidang yang gua pelajari sepenuh hati ini dapetin nilai jelek. Tapi S2 gua secara implisit diancam disitu ama bokap gua. Oh gini cara nyemangatin? OH.

Dan lalu gua membaca filosofi webtoon Flawless itu. Gua ditantang. Kalo gua gagal, gua akan disalahkan dan direndahkan. Gua ga mau ngerasain itu lagi! Tapi seharusnya mereka sadar kalo setiap orang punya jalan nya masing-masing dalam menuju kesuksesan. Kali ini gua mau menang. Gua mau mereka ga ngeraguin gua lagi dan buat mereka tau kalo gua selalu mencoba untuk melakukan yang terbaik. Tapi pada dasarnya adalah setiap orang ga pernah puas. Mereka ga akan berhenti melakukan pembandingan itu.

Cerita opening nya kepanjangan ya? HUFT. Penuh drama emang hidup gua. Gua sendiri mana mau ngerasain ginian. Ugh. Makanya mau mati aja hehehehehe .-.

Gua pernah ngeshare gini di sosial media gua :

Mereka pikir menyalahkan dan membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain adalah cara untuk menyemangati, tapi nyata nya salah besar. Tidak bisakah mereka hanya cukup mengatakan "Kami bangga sama kamu. Tidak apa nilai kamu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Yang penting kamu sudah berusaha dan bekerja keras. Kamu sudah melakukan yang terbaik". Segitu susahnya kah untuk mengatakan itu?

Gua adalah korban dari orang tua yang suka membandingkan anaknya dengan anak orang lain. Gua jadi menderita masalah mental. Gua menjadi seorang born hater and suicidal. Gua selalu berpikir untuk bunuh diri aja. Tapi gua menyimpan ini dan hanya cerita ke orang terdekat saja.

Lucu ga sih orang yang melahirkan lo adalah orang yang sama yang membuat lu berpikir kalo lu mau mati aja? So, what's the point of living here?

Tulisan gua riskan banget? Yap. I am fully aware of it.

Bukannya gua minta dikasihani atau apa dengan cerita beginian, tapi gua cuman mau ngasih tau ke kalian semua, calon orang tua masa depan untuk hati-hati dengan cara kalian berucap dan cara kalian membesarkan anak kalian. Itu bisa mempengaruhi bentuk kepribadian jadinya akan seperti apa pada anak kalian nanti.

Dengan pengalaman gua, gua jadi mengerti bagaimana jadi the best mom my child ever had. Seneng ga sih kalo kalian punya anak yang akan membanggakan ke semua orang kalo dia beruntung punya ibu yaitu kalian? Gua pengen jadi seperti itu. I will never hurt my child inside out. Tapi trauma gua membuat gua takut dan berpikiran macam-macam.

Sosok pria yang ada di hidup gua bisa dibilang ga baik dan itu membuat gua takut. Mereka ringan tangan. Gua jadi berpikir bahwa gua ga mau nikah saking takut nya gua sama cowo. Tapi gua masih suka cowo kok. Seksualitas gua masih normal. Makanya gua kalo liat cowo yang baik dan halus tutur kata dan perilakunya, gua mudah jatuh hati. Tapi tetep untuk nikah itu rasanya menakutkan. Dan gua juga mikir kalo gua ga mau punya anak dari darah daging gua sendiri. Gua ga mau anak gua menyesal dilahirkan di dunia ini, menyesal karna dilahirin sama gua, karna dunia ini keras dan kejam, gua ga mau anak gua sedih, seperti gua yang benci dilahirkan. Jadi gua berpikir untuk mengadopsi anak aja. Dan tetap, meskipun bukan anak kandung, tapi gua akan membesarkan dia dengan sebaik mungkin yang bisa gua lakukan.

Hidup bertahun-tahun mengajarkan gua banyak hal. Gua suka mengamati orang, gua jadi tau bermacam-macam sifat manusia. Semacam gua jadi tau to do and not to do list.

Gua cerita ini bukan mau menjelekkan orang tua gua. Tapi sosok mereka yang seperti itulah yang mendominasi benak gua. Tapi mereka juga banyak melakukan perbuatan baik kok. Tapi malah jadi seperti inilah kepribadian gua pada akhirnya terbentuk, berarti ada yang salah bukan?

Everyone has their own masks. Tergantung mask itu untuk menutupi apa. Ada yang menutupi keburukannya. Ada yang menutupi untuk kebaikan diri mereka. Jadi, pintar-pintar lah menilai orang. Setelah kamu nilai, be wise with your action upon it.


Sebagai penutup, gua doakan kalian pembaca blog ini memiliki kehidupan yang selalu bahagia. Have a happy life forever. And have a nice day also. Mwuah :*
(Kalo temen-temen gua sadar dalam setiap posts gua, gua selalu mendoakan orang-orang yang gua sayang untuk memiliki hidup yang bahagia because I am short on it)

Komentar

Postingan Populer